Paragraf

A. Paragraf


(Wiyanto, 2004:32) Paragraf adalah rangkaian kalimat yang secara bersama-sama menjelaskan suatu unit gagasan penulis. Kalimat-kalimat itu tidak lepas terpisah satu dengan yang lain, tetapi saling berhubungan dan tarik-menarik. Istilah yang tepat untuk mengungkapkan makna "tarik-menarik" ini adalah kohesi.

Kohesi sebenarnya istilah dalam IPA. Artinya, tarik-menarik antarmolekul yang sejenis. Misalnya, tarik-menarik molekul air dengan molekul air dengan molekul air sehingga air tampak menyatu. Kohesi dalam paragraf adalah tarik-menarik antarkalimat dalam paragraf sehingga kalimat-kalimat itu tidak saling bertentangan, tetapi tampak menyatu dan bersama-sama mendukung pokok pikiran paragraf. Paragraf yang demikian dapat disebut sebagai paragraf yang padu (kohesif).

Antar kalimat satu dengan kalimat lain yang membentuk sebuah paragraf harus berhubungan secara baik, terjalin erat, dan kompak. Kekompakan hubungan itu menyebabkan pembaca mudah mengetahui hubungan antar kalimat lain. Paragraf yang demikian dinamakan paragraf yang serasi (koheren).

Kepaduan dan keserasian paragraf dapat terwujud bila terdapat kohesi antarkalimat. Untuk mewujudkan kohesi antarkalimat, keberadaan penanda kohesi sangat diperlukan. Penanda kohesi ibarat lem perekat atau magnet yang menyebabkan kalimat-kalimat dalam paragraf itu saling berhubungan dan bahkan saling menarik satu dengan yang lain.

B. Syarat-syarat Paragraf

B.1. Koherensi

Kepaduan (Koherensi). Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan bergantung dari penyusunan detil-detil dan gagasan-gagasan sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bagian-bagian tersebut.

1. Kata Transisi (kata sambung)

Kata penghubung ialah kata yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah kalimat atau menghubungkan kalimat dengan kalimat dalam sebuah paragraf.

a. Kata sambung intra kalimat
Kata penghubung intrakalimat yaitu kata yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Semua usaha sudah ia lakukan, tetapi hasil yang ia dapat belum memuaskan.

b. Kata sambung korelatif
Kata penghubung korelatif yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa, yang mengandung kedudukan sama.
Contoh: 
Pak Amin bukan seorang petani, melainkan pemilik lahan.

c. Kata Penghubung Antarkalimat
Kata penghubung antarkalimat adalah kata yang menjadi penghubung antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dalam satu paragraf. Dengan adanya kata penghubung ini, kalimat menjadi lebih padu.
Contoh:
Tidak ada pendekatan paling pas untuk mengarahkan remaja. Akan tetapi, pendekatan hati yang dilakukan orang tua bisa mencapai hasil paling baik.

2. Kata Ganti (Pronomina)

Kata sambung (konjungsi) adalah kata yang digunakan untuk menyambung atau menghubungkan kata dengan kata, kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf, ide-ide dengan ide-ide, dan sejenisnya.

Ragam kata sambung :

a. Kata sambung asal, misalnya : dan, maka, sedang, hingga, meski, lalu, bila, sambil, atau, serta, karema, jika, dll.
b. Kata sambung jadian / bentukan:
- kata ulang, misalnya : jangan-jangan, seakan-akan, kalau-kalau, dll.
- kata sambung majemuk, misalnya : apabila, lagi pula, karena itu, andaikata, sebab itu, dll.
- kata sambung berimbuhan, misalnya : sebelum, selama, sehingga, seandainya, sekiranya, melainkan, semenjak, andaikan, bagaikan, asalkan, sedangkan, jangankan, walaupun, meskipun, kendatipun, bermula, sebermula, dll.

Makna kata sambung :

a. Sebagai pengantar (kalimat), misalnya : alkisah, syahdan, arkian, maka, sebermula, bahwasanya, hatta, adapun, dll.
b. Sebagai himpunan / kumpulan, misalnya : dan, lagi, dengan, lagi pula, tambahan lagi, dll.
c. Yang menyatakan pertentangan, misalnya : tetapi, hanya, sedangkan, biar, meski, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, melainkan, dll.
d. Yang menyatakan sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena, dll.
e. Yang menyatakan akibat, misalnya : sampai, sehingga, sebab itu, karena itu, sampai-sampai, dll.
f. Yang menyatakan waktu, misalnya : bila, waktu, ketika, mula-mula, apabila, bilamana, sebelum, selama, setelah, tatkala, semenjak, sesudah, setelah, dll.
g. Yang menyatakan tempat, misalnya : sampai, hingga.
h. Yang menyatakan maksud, misalnya : supaya, agar, agar supaya.
i. Yang menyatakan syarat, misalnya : asal, asalkan, jika, andaikata, kalau, seandainya, dll.
j. Yang menyatakan perwatasan, misalnya : kecuali.
k. Yang menyatakan keadaan/perihal, misalnya : sambil, seraya.
l. Yang menyatakan perbandingan, misalnya : seperti, bagaikan, sebagai, seakan-akan, dll.
m. Yang menyatakan modalitas, misalnya : jangan-jangan, kalau-kalau.

3. Kata Ulang (Repetisi)


Kata ulang adalah kata yang telah mengalami proses reduplikasi. Untuk membedakannya dengan bentuk ulang yang bukan kata ulang adalah bahwa kata ulang sebagai ciri utamanya adalah pasti memiliki kata dasar.

Contoh kata ulang:

  • duduk-duduk
  • membaca-baca
  • tarik-menarik
  • bolak-balik
  • orang-orangan
  • simpang-siur

Contoh yang bukan kata ulang:

  • compang-camping
  • pura-pura
  • hati-hati
  • mondar-mandir
  • alih-alih

Pada kata ulang terdapat kata dasar: duduk, membaca, menarik, balik, orang, simpang. Sebaliknya, yang bukan kata ulang: compang, hati, pura, mondar, alih tidak dapat berfungsi sebagai kata dasar

Macam kata ulang dibedakan menjadi:
1.  Kata ulang utuh
Kata ulang utuh adalah kata ulang yang antara kata dasar dan bentuk perulangannya adalah sama, misalnya: orang-orang, duduk-duduk
2.  Kata ulang sebagian
Kata ulang sebagian adalah kata ulang yang bentuk perulangannya hanya sebagian dari kata dasar, termasuk hanya sebagian bunyi vokal atau konsonan saja. Misalnya: berjalan-jalan, bolak-balik, sayur-mayur
3.  Kata ulang berimbuhan
Misalnya: anak-anakan, gunung-gunungan
4.  Kata ulang berubah bunyi
Misalnya: sayur-mayur, buah-buahan
5.  Nosi kata ulang
Nosi kata ulang dapat menyatakan makna:

  • jamak, misalnya meja-meja, kursi-kursi
  • bermacam-macam, misalnya: buah-buahan, sayur-mayur
  • pekerjaan dilakukan berulang-ulang, misalnya: bolak-balik, simpang-siur
  • tiruan, misalnya: anak-anakan, gunung-gunungan
  • agak, misalnya: kemerah-merahan
  • walaupun, misalnya: pahit-pahit diminumnya jamu itu
  • perihal, misalnya: tulis-menulis, surat menyurat
  • saling/resiprokal, misalnya: tolong menolong, bersalam-salaman
  • seperti, misalnya: keanak-anakan, keibu-ibuan
B.2. Kesatuan


Yang dimaksud dengan kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa saja hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal. Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu (Keraf, 1980:67).

Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan berarti kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan.

” Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan ekonomi. ”

Apabila paragraf di atas kita analisis, akan kita temukan.
Pikiran utama     : masalah umum dalam dunia mahasiswa
Pikiran penjelas : sulit memusatkan perhatian
berasal dari keluarga biasa
terganggu oleh ekonomi

Unsur-unsur penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan perkataan lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentuk eksatuan ide (unity).


C. Unsur-unsur Alinea 

1.  Kalimat pokok atau pikiran utama yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Gagasan atau pikiran utama itu dapat dikembangkan ke dalam kalimat. Kalimat yang mengandung pikiran utama disebut kalimat pokok. Keberadaan kalimat pokok itu bisa di awal paragraf, di akhir paragraf maupun diawal dan diakhir paragraf.
Ciri-ciri kalimat pokok:
  • Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut
  • Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
  • Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain
  • Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi
2.  Kalimat penjelas gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utama. Gasasan penjelas biasanya dinyatakan ke dalam beberapa kalimat. Kalimat yang mengandung gagasan penjelas disebut kalimat penjelas.
Ciri-ciri kalimat penjelas:
  • Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
  • Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea
  • Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi
  • Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik
D. Tujuan Alinea


1. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu alinea hanya boleh mengan dung suatu tema, bila terdapat dua tema, maka dipecahkan menjadi dua alinea.
2. Memisahkan dan menegaskan perkataan secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhatian pada akhir kalimat. Dengan perhentian yang lrbih lama ini, konsentrasi terhadap tema alinea lebih terarah.


E. Macam Alinea

E.1. Berdasarkan kalimat utama


1. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
Contoh :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.

2. Paragraf induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.
Contoh :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien.

3. Paragraf campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraf. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali.
Contoh :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.

E.2. Berdasarkan isi/tujuan

1. Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.
Contoh :
Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah, segar penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.

2. Paragraf proses
Paragraf proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks.

3. Paragraf efektif
Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik. Paragrafnya terdiri atas satu pikiran utama dan lebuh dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang, harus ada koherensi antar kalimat.

Sumber:
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
http://zahraa02.blogspot.com/
http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/05/kata-penghubung.html
http://wacana-bahasa.blogspot.com/2009/03/kata-sambung.html
http://leonheart94.blogspot.com/2012/01/kata-ulang.html
http://endriputro.wordpress.com/2010/10/24/alinea-paragraf/
http://tithagalz.wordpress.com/2010/10/24/paragrafalinea/
http://www.frenfa.com/blogs/3380/1770/ciri-ciri-kalimat-utama-dan-kali
http://gustiayumade.wordpress.com/2010/10/16/alinea-paragraf/
http://uzi-online.blogspot.com/2011/10/paragraf-alinea.html

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Sangat membantu, karena saya teramat sulit memperbaiki readbility pada WB saya, trimakasih dan semoga bermanfaat untuk yang lainya
https://goo.gl/aMhZlN
https://goo.gl/kmbDif
https://goo.gl/MdNLGJ
https://goo.gl/pwrVrA

Posting Komentar